"Watu Ulo" berarti "batu ular" dalam bahasa Jawa. Nama ini mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai ke laut. Di panti ini juga terdapat aneka penjualan kerajinan dari laut seperti karang, bekas rumah kecomang dan lain - lain. Sumber : Wikipedia
Setiap tanggal 1 sampai 10 Syawal, setelah Lebaran, diadakan pekan raya dengan acara hiburan dan penjualan hasil kerajinan nelayan setempat.
Upacara Petik Laut atau Larung Sesaji atau juga "Hari Raya Ketupat" diadakan setiap tanggal 7 Syawal. Dalam upacara ini masyarakat nelayan setempat melemparkan sesaji ke laut. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa terimaksih kepada Tuhan yang telah memberikan lautan sebagai ladang rizki masyarakat nelayan sekitar pantai watu ulo. Upacara petik laut atau larung sesaji inilah yang membawa masyarakat dari semua penjuru berdatangan untuk menyaksikan upacara adat tersebut. selain untuk menikmati juga keindahan pantai watu ulo. berikut gambar keramaian pantai watu ulo saat
Sesepuh Desa dan Istri Kepala Des
Doa yang dipimpin Sesepuh Desa
Awal ritual Petik Laut adalah menghantar sesajen yang biasanya dibuat
oleh sesepuh desa/ tokoh desa dan dibawa ke Balai Desa untuk didoakan
oleh seluruh masyarakat Desa setempat. Sesajen utama biasanya
menggunakan kepala hewan entah itu kepala kambing atau kepala sapi.
Kalau kambing maka harus dua ekor dengan warna bulu hitam dan satunya
berbulu putih. dan untuk sapi maka cukup satu ekor. Sesajen lainnya
adalah tumpeng, patung penganten, ayam putih, dan makanan-makanan lain
yang umum dimakan oleh masyarakat nelayan kelas bangsawan dengan harapan
agar masyarakat semuanya bisa menikmati makanan yang serupa dikemudian
hari. Sesajen utama disini selalu diletakkan di dalam perahu kecil yang
nantinya akan dilarung.
Sajen Penganten
Sajen Tumpeng
Sajen Utama berupa Dua Kepala Kambing dengan Bulu Hitam dan Putih
Setelah selesai berdoa maka dilaksanakan pagelaran wayang kulit semalam
suntuk. Sampai pada saat munculnya matahari maka dalang akan melakukan
ruwatan desa. Disini ketika penonton/masyarakat melihat acara ruwatan
maka dilarang pulang atau meninggalkan lokasi ruwatan sebelum acara
ruwatan benar-benar berakhir. Biasanya acara ruwatan ini memakan waktu
1-2 jam. Jika seseorang meninggalkan acara ruwatan sebelum acara ruwatan
benar-benar berakhir maka yang kerap terjadi adalah orang tersebut akan
kesurupan atau lupa jalan pulang. Acara ruwatan ini sebenarnya acara
pemanggilan arwah-arwah para sesepuh desa untuk memohon ijin bahwa
masyarakat desa akan melakukan larung saji.
Wayang Kulit
Kemudian pada siang harinya sesajen kembali didoakan dan dilakukan
upacara pelepasan untuk dilarungkan dilaut. Setelah selesai maka
masyarakat pun turut mengiringi proses pelarungan sesajen yang nantinya
akan dilepas ditengah laut. yang dilepas dsini umumnya sesajen utama.
sedang untuk sesajen lainnya akan ditaruh ditempat sesajen yang ada di
balai desa.
Upacara Pelarungan
Mengiringi Pelarungan
Sesajen yang ditinggalkan
Larung saji
Setelah pelarungan biasanya perangkat desa akan memberikan hiburan bagi
masyarakatnya berikut dengan makan bersama di balai desa.
Demikianlah kegiatan dan keindahan yang ada di pantai watu ulo jember. Jika anda penasaran silahkan kunjungi Obyek Wisata Pantai Watu Ulo tersebut dan nikmati keindahan alamnya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !